Kamis, 13 Oktober 2011

Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL)


CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL)
A.  Pengertian CTL
Pendekatan kontekstual adalah terjemahan dari istilah Contextual Teaching Learning (CTL). Kata contextual berasal dari kata contex yang berarti “hubungan, konteks, suasana, atau keadaan”. Dengan demikian contextual diartikan ”yang berhubungan dengan suasana (konteks). Sehingga Contextual Teaching Learning (CTL) dapat diartikan sebagai suatu pembelajaran yang berhubungan dengan suasana tertentu.
Pendekatan kontekstual merupakan konsep belajar dimana guru menghadirkan situasi dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antar pengetahuan yang dimiliki dengan penerapan dalam kehidupan mereka sebagai angota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep itu pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung alami dalam bentuk kegiatan sisa berkerja dan mengalami bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi lebih dipentingkan dari pada hasil belajar.
Menurut Johnson dalam Nurhadi, sistem CTL merupakan suatu proses pendidikan yang bertujuan membantu siswa melihat makna dalam bahan pelajaran yang mereka pelajari dengan cara mengubungkan dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari, yaitu dengan konteks lingkungan pribadi, sosialnya, dan budayanya.
Menurut The Wasihington State Consortium for Contextual teaching learning dalam Nurhadi, pengajaran kontekstual adalah pengajaran yang memungkinkan siswa memperkuat, memperluas, dan menerapkan pengetahuan, dan keterampilan akademiknya dalam berbagai latar sekolah dan di luar sekolah untuk memecahkan problem di dunia nyata.
Berdasarkan definisi di atas, maka dapat dinyatakan bahwa pembelajaran kontekstual Contextual teaching and learning (CTL) adalah merupakan suatu konsep belajar di mana guru mengahdirkan situasi dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, sementara siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan dari kontek yang terbatas, sedikit demi sedikit, dan dari proses mengkontruksikan sendiri, sebagai bekal untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya sebagai anggota keluarga dan masyarakat.
B.  Penerapan Pembelajaran CTL di Kelas
Model penerapan pembelajaran berbasis CTL ini memiliki tujuh komponen utama pembelajaran yang mendasari penerapan pembelajaran kontekstual di kelas. Ketuju komponen utama itu adalah konstruktivisme (Constructivism), bertanya(Questioning), menemukan (Inquiry), masyarakat belajar (Learning Community), pemodelan (Modeling), refleksi (Reflection), dan penilaian sebenarnya (Auhentic Assessment). Sebuah kelas dikatakan menggunakan pendekatan kontekstual jika menerapkan ketujuh komponen tersebut dalam pembelajaranya.
1.      Konstruktivisme (Constructivism)
Konstruktivisme (Constructivism) merupakan landasan berfikir (filosofi) pembelajaran kontekstual, bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit) dan tidak sekoyong-koyong. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, dan kaidah yang kontruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata.
2.      Bertanya (Questioning)
Bertanya (Questioning) merupakan strategi utama pembelajaran yang berbasis kontekstual. Bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berfikir siswa. Dan bagi siswa, kegiatan bertanya merupakan bagian penting dalam melaksanakan pembelajaran yang berbasis inquiry, yaitu menggali informasi, menkonfirmasikan apa yang sudah diketahui, dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahui.
3.      Menemukan (Inquiry)
Menemukan (Inquiry) merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis kontekstual. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh oleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta- fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri. Guru harus merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan, apapun materi yang diajarkan.

4.      Masyarakat Belajar (Learning Community).
Masyarakat Belajar (Learning Community) merupakan pembelajaran yang diperoleh dari kerjasama dengan orang lain. Hasil belajar diperoleh dari shering antar teman, antar kelompok, antar mereka yang tahu, ke mereka yang belum tahu. Dalam kelas pendekatan kontekstual, kegiatan pembelajaran dapat dilakukan dalam kelompok-kelompok belajar: siswa yang pandai mengajari siswa yang lemah, dan yang tahu memberi tahu yang belum tahu. Masyarakat belajar bisa tercipta apabila ada proses komunikasi dua arah.

5.      Pemodelan (Modeling)
Pemodelan (Modeling) adalah sebuah pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu, pemodelan pada dasarnya membahasakan gagasan yang dipikirkan, mendemonstrasikan, dan melakukan apa yang guru inginkan agar siswa-siswanya melakukan. Dalam pembelajaran kontekstual guru bukan satu-satunya model. Model dapat dirancang melibatkan siswa. Seorang siswa bisa ditunjuk untuk memberi contoh temen-temannya.
6.      Refleksi (Reflection)
Refleksi (Reflection) merupakan bagian penting dari pembelajaran kontekstual. Refleksi adalah cara berfikir tentang apa yang baru dipelajari atau berfikir kebelakang tentang apa yang sudah kita lakukan di masa yang lalu. Refleksi merupakan gambaran terhadap kegiatan atau pengetahuan yang baru saja diterima. Siswa mengendapkan apa yang baru dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan yang baru, yang merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya. Refleksi merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas, atau pengetahuan yang baru diterima.
7.      Penilaian Sebenarnya (Authentic Assessment)
Penilaian Sebenarnya (Authentic Assessment) adalah proses yang di lakukan guru untuk mengumpulkan informasi tentang perkembangan belajar yang dilakukan siswa. Penilaian ini diperlukan untuk mengetahui apakah siswa benar-benar belajar atau tidak. Apakah pengalaman belajar siswa memiliki pengaruh yang positif terhadap perkembangan baik intelektual maupun metal siswa. Penilaian yang autentik dilakukan secara terintegrasi dengan proses pembelajaran. Penilaian ini di lakukan secara terus menerus selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Oleh karena itu, tekanannya diarakan pada proses belajar bukan pada hasil belajar.
C. Karaktristik Pembelajaran CTL
Contextual teaching and learning (CTL) adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan dunia nyata mereka sehingga mendorong mereka untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka sehari-hari.
Menurut Wina Sanjaya ada tiga hal yang harus kita pahami sebagai berikut:
v  Contextual teaching and learning (CTL) menekankan pada proses keterlibatan siswa untuk menemukan materi, artinya proses belajar diorientasikan pada proses pengalaman secara langsung. Proses dalam konteks CTL tidak mengarapkan siswa hanya menerima pelajaran, akan tetapi proses mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran.
v  Contextual teaching and learning (CTL) mendorong agar siswa dapat menemukan hubungan antara materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata, artinya siswa dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan siswanya dapat mengkorelasikan materi yang di temukan dengan kehidupan nyata.

v  Contextual teaching and learning (CTL) mendorong siswa untuk dapat menerapkan dalam kehidupanya, artinya CTL bukan hanyak mengharap siswa dapat memahami materi yang dipelajarinya, akan tetapi bagaimana materi pelajaran itu dapat mewarnai perilaku dalam kehidupan sehari-hari. Materi pelajaran dalam konteks CTL bukan hanya ditumpuk di otak dan kemudian dilupakan, akan tetapi sebagai bekal mereka mengarungi kehidupan nyata.

Menurut Johnson dalam Nurhadi ada delapan karaktristik komponen utama dalam sistem pembelajaran kontekstual, sebagai berikut:

1.      Melakukan hubungan yang bermakna (making meaningful connections). Siswa dapat mengatur diri sendiri sebagai orang yang secara aktif dalam mengembangkan minatnya secara individual, orang yang dapat berkerja sendiri atau bekerja dalam kelompok, dan orang yang dapat belajar sambil berbuat (learning by doing).

2.      Melakukan kegiatan-kegiatan yang signifikan (doing significant work). Siswa membuat hubungan-hubungan antara sekolah dan berbagai konteks yang ada dalam kehidupan nyata sebagai anggota masyarakat.

3.      Belajar yang diatur sendiri (self-regulated learning). Siswa melakukan pekerjaan yang signifikan: ada tujuannya, ada urusannya dengan orang lain, ada hubngannya dengan penentu pilihan, dan ada produknya/hasilnya yang sifatnya nyata.
4.      Berkerja sama (collaborating). Siswa dapat berkerja sama. Guru membantu siswa bekerja secara efektif dalam kelompok, membantu mereka memahami bagimana mereka saling mempengarui dan saling berkomunikasi.
5.      Berfikir kritis dan kreatif (critical and creative thinking). Siswa dapat mengunakan tingkat berfikir yang lebih tinggi secara kritis dan kreatif dan dapat menganalisis, membuat sintesis, memecahkan masalah, membuat keputusan, dan menggunakan logika dengan bukti-bukti.
6.      Mengasuh atau memelihara pribadi siswa (nurturing the individual). Siswa memelihara pribadinya, mengetahui, memberi perhatian, memiliki harapan-harapan yang tinggi, memotivasi dan memperkuat diri sendiri.
7.      Mencapai standar yang tinggi (reaching high standard). Siswa mengenal dan mencapai standar yang tinggi: mengidentifikasi tujuan dan motivasi siswa untuk mencapainya.
8.      Mengunakan penilaian autentik (using authentic assessment). Siswa mengunakan pengetahuan akademis dalam konteks dunia nyata untuk satu tujuan yang bermakna.


C.  Perbedan Pendekatan CTL dengan Pendekatan Tradisional
Ada perbedaan pokok antara pendekatan kontekstual dengan pendekatan tradisional seperti yang banyak diterapkan di sekolah-sekolah sekarang ini.
No
Pendekatan CTL
Pendekatan Tradisional
1
Siswa secara aktif terlibat dalam proses pembelajaran.
Siswa adalah peneriman informasi secara pasif.
2
Siswa belajar dari teman melalui kerja kelompok, diskusi, saling mengoreksi.
Siswa belajar secara individu.
3
Pembelajaran dikaitkan dengan
kehidupan nyata dan atau yang
disimulasikan
Pembelajaran sangat abstrak dan Teoritis.
4
Perilaku dibangun atas dasar kesadaran diri.
Perilaku dibangun atas dasar kebiasaan.
5
Ketrampilan dikembangkan atas
dasar pemahaman.
Ketrampilan dikembangkan atas dasar latihan.
6
Hadiah untuk perilaku baik adalah kepuasan diri.
Hadiah untuk perilaku baik adalah pujian (angka) raport.
7
Seorang tidak melakukan yang
jelek karena dia sadar hal itu keliru dan merugikan
Seorang tidak melakukan yang  jelek karena dia takut hukuman.
8
Bahasa diajarkan dengan pendekatan komunikatif, yakni
siswa diajak menggunakan
bahasa dalam konteks nyata.
Bahasa diajarkan dengan pendekatan struktural: rumus diterangkan sampai paham kemudian dilatihkan.
9
Pemahaman siswa dikembangkan atas dasar yang sudah ada dalam diri siswa.
Pemahaman ada di luar siswa, yang harus diterangkan, diterima, dan dihafal.
10
Siswa menggunakan kemampuan berfikir kritis, terlibat dalam mengupayakan terjadinya proses pembelajaran yang efektif, ikut bertanggung jawab atas terjadinya proses pembelajaran yang efektif dan
membawa pemahaman masing-masing dalam proses pembelajaran
Siswa secara pasif menerima rumusan atau pemahaman (membaca, mendengarkan, mencatat, menghafal) tanpa memberikan kontribusi ide dalam proses pembelajaran.
11
Pengetahuan yang dimiliki manusia dikembangkan oleh manusia itu sendiri. Manusia diciptakan atau membangun pengetahuan dengan cara memberi arti dan memahami
Pengalamannya.
Pengetahuan adalah penangkapan terhadap serangkaian fakta, konsep, atau
hukum yang berada di luar manusia.
12
Karena ilmu pengetahuan itu dikembangkan oleh manusia sendiri, sementara manusia selalu mengalami peristiwa baru, maka pengetahuan itu selalu berkembang.
Bersifat absolut dan bersifat final
13
Siswa diminta bertanggung jawab memonitor dan mengembangkan pembelajaran mereka masing-masing.
Guru adalah penentu jalannya proses pembelajaran.
14
Penghargaan terhadap pengalaman siswa sangat diutamakan.
Pembelajaran hanya terjadi dalam kelas.
15
Hasil belajar diukur dengan
berbagai cara: proses, bekerja,
hasil karya, penampilan,
rekaman, tes, dan lain-lain
Hasil belajar hanya diukur dengan hasil tes.
16
Pembelajaran terjadi di berbagai
tempat, konteks dan setting
Pembelajaran hanya terjadi dalam kelas
17
Penyesalan adalah hukuman dari
perilaku jelek
Sanksi adalah hukuman dari perilaku jelek.
18
Perilaku baik berdasar motivasi
intrinsic
Perilaku baik berdasar motivasi ekstrinsik
19
Berbasis pada siswa
Berbasis pada guru
20
Seseorang berperilaku baik karena ia yakin itulah yang terbaik dan bermanfaat
Seseorang berperilaku baik karena dia terbiasa melakukan begitu. Kebiasaan ini dibangun dengan hadiah yang menyenangkan.

D.  Peran Guru dan Siswa dalam CTL
Setiap siswa mempunyai gaya yang berbeda dalam belajar. Perbedaan yang dimiliki siswa tersebut dinamakan sebagai unsur modalitas belajar. Menurut Bobbi Deporter ada tiga tipe gaya belajar siswa, yaitu tipe visual, auditorial dan kinestis.
Tipe visual adalah gaya belajar dengan cara melihat, sedang tipe auditorial adalah tipe belajar dengan cara menggunakan alat pendengarannya, dan tipe kinestetis adalah tipe belajar dengan cara bergerak.
Sehubungan dengan hal itu, terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan bagi setiap guru manakala menggunakan pendekatan CTL.
  1. Siswa harus dipandang sebagai individu yang sedang berkembang.
  2. Setiap anak memiliki kecenderungan untuk belajar hal-hal yang baru dan penuh tantangan.
  3. Belajar bagi siswa adalah proses mencari keterkaitan atau keterhubungan antara hal-hal yang baru dengan hal-hal yang sudah diketahui.
  4. Belajar bagi anak adalah proses penyempurnaan skema yang telah ada.


























Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SILAHKAN BERKOMENTAR